Fishing Like A Squid
Halo blog,
Gue sekarang udah ada di tahun 2013 sama seperti kalian, sepertinya
udah banyak pengalaman yang gue hadapi, dan gue bakalan coba membaginya sama
kalian.
Nggak gue sadari sebelumnya, dari sekian resolusi gue di tahun 2012 semuanya tercapai, walaupun
nggak begitu sempurna. Mulai dari orang orang yang di sekitar gue sehat, dosa
dosanya diampuni, banyak rejeki, bisa gemuk, lulus UN, masuk di Teknik UNHAS,
sampe masalah pacaran, semuanya gue bisa penuhi.
Dan dari semua itu gue bisa lulus UN, gue bisa lulus di
Teknik UNHAS, gue sempat gemuk yang hanya naik 4 Kg dari 55 Kg, dan yang
terakhir, gue sempat pacaran, itupun gue hanya balikan lagi sama Nina dan hanya
empat bulan (Nina lagi nih).
Dalam tahun 2012 gue jarang banget posting, dalam tahun 2012
gue cuman bisa posting dua kali, tahun 2011, gue bisa posting dua cerita dalam
beberapa bulan yang berdekatan, entah itu cerita gue sama Olvie, Iis, atau sama
Tyo, kata beberapa temen gue dan konsultan nulis gue (Zahra) dua postingan gue
cukup berbobot. Gue nggak anggap terlalu berbobot, karena gue nggak bisa
posting semua pengalaman gue yang lain, intinya gue cuman bisa posting dua
tulisan gara gara kreatifitas gue mulai dipengaruhi sama yang namanya pacaran.
Cieeeeee
Soal pengalaman? Hmmm, gue bagi yang tiga bulan terakhir aja
deh, mumpung itu doang yang masih fresh dalam
kepala gue.
Tiga bulan terakhir, gue hanya bisa bergalau galauan gara
gara Depe baru baru putus dengan Aan, penyebabnya? Mungkin yang udah baca postingan
gue yang terakhir pasti tau apa penyebabnya.
Mulai saat itu Depe makin hobi bergalauan, dalam sebulan
saja bisa tiga kali ketemuan, bahkan lebih, dan topik yang dibahas pun itu itu
saja, soal mantan, PDKT sama gebetan baru, dan yang paling heboh kalo ngebahas
itu semua.
Hal hal itu banyak terjadi di bulan Oktober, dan mulai di
November, gue, Depe, dan Lean sibuk masing masing dengan final semester satu di tahun kemarin, itu adalah final pertama sekali untuk gue bertiga,
karena masih maba.
Mencoba mencari kesibukan, gue sempat sempatin untuk makan
nasi goreng bareng Rifda yang hobinya ngegarecokin gue di Path, awalnya gue annoying sama
hal hal kayak gitu, tapi lama kelamaan gue makin suka kalo di ganggu di Path.
Dan baru kali ini selama gue jomblo, gue di ganggu seperti
ini dengan cewe, ooh, I forgot to
introduce her to you.
Rifda Bamatraf .als Rifda .als Ida, cewe yang dulunya temen
SMP gue ini lumayan cakep dengan gank
andalan mereka, gue agak lupa nama ganknya
apaan? Yang jelas dia terkenal di kalangan cheerleaders
sekolah.
Entah siapa yang memulai sampai gue berdua ngebahas nasi
goreng dan berakhir seperti ini
“ Ghy, elo tau tempet nasi goreng yang enak nggak?? “
“ nasi goreng yang kayak gimana dulu?? “
“ nasi gorengnya pake minyak goreng yang udah dipake berkali
kali, terus nasi gorengnya itu ada bau bau khas gosong gosong gitu, pokoknya
gitu gitu deh “
“ oh, kalo yang itu gue punya tempatnya, tapi nggak tau
bakalan sesuai dengan requestan elo, mudah mudahan deh sama “
“ jadi kapan elo mau ngajak gue ke tempat nasi goreng elo? “
“ hmm, kalo mau hari selasa deh?
“ hari rabu juga boleh, rumah elo dimana? “
“ Bukit baruga, elo? Mau jemput gue? So sweet “
“ ooh, dekat kok, elo antar pulang gue aja deh? Gue nggak
ada sopir kalo malam, mata gue nggak jelas kalo malam, dan rumah gue di Sunu,
artinya elo lintas wilayah dong? “
“ kita sama sama mines yeh! “
“ setidaknya elo kalo malam nggak kabur kayak gue? “
“ ok deh, serah elo, berangkat sendiri sendiri nih? “
“ ya udah, kalo nggak bisa, pergi sendiri sendiri, pulang
elo antar gue “
“ errrr, gue antar jemput deh, kok jadi tambah rempong sih!
Alamat lengkap elo “
“ nanti gue sms “
“ cepetan! “
“ iya iya, bawel “
Berjalan seperti biasa, kontek kontekan sebelum makan nasi
goreng lebih intensif karena takut salah satu dari gue bakalan nggak bisa
datang.
Dan hari selasa telah gue jalani, malamnya gue prepare buat jemput Rifda, gue usahain
pake mobil karena gue tau Rifda itu cewe, nggak mungkin kan gue jemput cewe
malem malem terus pake motor dan habis hujan juga, kasian kan?? Dengan body yang agak lebar dan sedikit lemak,
dia rentan banget masuk angin, kalo gue mah nggak gampang masuk angin, digencet
sama tiga adik gue yang beragam bentuknya, dueees,
keluar semua angin sama usus gue, bececeran kemana mana.
Gue telvon Rifda berkali kali, kadang dia angkat, kadang
tiba tiba putus, kadang suara kecil banget kayak hidungnya kepencet, sampe
akhirnya dia menginstruksiakan gue untuk ke Pizza
Hut depan Ramayana, gue jemput
dia disana.
Perlahan tiba di Pizza
Hut Ramayana, gue telvon Rifda lagi, menanyakan posisinya di bagian mana?
“ Rif, elo di bagian mana? Gue baru nyampe nih! “
“ gue di bagian parkiran depan Pizza Hutnya, elo di bagian
mana? “
“ bagian mana sih? Bingung gue?? “
“ elo maju maju aja terus “
“ iya gue udah jalan kok daritadi “
“ gue udah liat elo kok “
Tut tut tut
Obrolan kita berdua berlanjut lagi setelah telpon gue di
tutup.
“ Ghy, gue disini udah dua jam loh! Lumutan gue nunggunya “
“ sori soriii, gue habis kerja tugas, kena macet lagi “
“ ya udah, motor elo mana? Capcus yuk? “
“ tuh, di parkiran deket situ “ padahal gue naik mobil
“ mana?? “
Gue ngambil kunci mobil dan mematikan alarmnya
“ aaaaah, ni alien nipu gue lagi haha “
“ hehe, kan nggak boleh bawa cewe malem malem gini pake
motor, udah habis hujan, basah basahan lagi “
“ udah deh, lama, lets go ke nasi goreng tempat elo,
cepetan! “
“ iya, bawel bener “
Seperti tata cara dan adab gue dalam berkendara kalo bareng
cewe, tiap mau jalan, harus masukin persenelan gue, kemudian ngegas perlahan
(kayaknya memang gitu deh kalo mau bawa mobil? Oon deh elo Ghy!).
“ jadi dimana tempat nasi goreng elo? Gue penasaran “
“ daerah Adhiyaksa, yang enaknya di tempat gue adalah nasi
gorengnya itu banyak binatang binatangnya “
“ binatang binatang? Maksudnya? “
“ iya, binatang binatang, ada ayamnya, ada sosisnya, ada
ampelanya, ada daging asapnya, gitu “
“ gue kirain binatang binatang kayak gimana, kaget gue haha
“
“ pokoknya enak deh “
Gue mencoba meyakinkan Rifda kalo nasi goreng di tempat gue
itu lebih enak daripada nasi goreng yang dia mau, setelah lima belas menit
perjalanan, akhirnya gue sampe di nasi goreng andalan gue di jalan Adhiyaksa,
tempatnya memang emperan, lumayan rame diantara kalangan anak muda yang pulang
kuliah atau karyawan yang habis ngantor.
Turun dari mobil, gue langsung cabut ke Indomart samping penjual nasi goreng andalan, Rifda ngikut juga,
gue tawarin dia buat beli minum, tapi dia nggak mau, biarlah. Gue juga nggak
maksa dia buat beli minuman, toh, uang gue juga nggak cukup cukup amat.
Takutnya, Rifda kabur nggak bayar nasi gorengnya, sebelumnya dia bogem gue
dengan tempat tusuk gigi, gue pingsan dan Rifda kabur membawa gerobaknya,
bentar dia diteriakin sama orang orang WOOOI!!
ADA GAJAH BAWA LARI GEROBAK NASI GORENG!!
Tepatnya gue duduk pas belakang gerobak nasi gorengnya,
Rifda duduk dekat dispenser, dan gue duduk samping anak kuliahan, mungkin om om
yang belum dapat kiriman dari majikannya, makanya dia makan di samping gue.
“ mas nasi gorengnya dua “
“ nasi goreng yang mana mas? “
“ eh, Rif, elo mau yang spesial atau yang biasa aja? “
“ yang biasa aja deh “
“ oke mas, nasi goreng biasanya dua “
Bosan melihat kendaraan lalu lalang depan gerobak, gue mencari
topik yang cocok setelah hujan, tanpa sadar, gue tiba tiba bahas mantan, gue
bahas tentang Nina lagi, dia bahas tentang mantannya juga, kalo nggak salah
ingat, dia pacaran sekitar setahun delapan bulan, lumayan lama deh untuk
seukuran anak SMA kayak gue waktu itu.
“ dan gimana caranya elo putus? “
“ gue putus karena gue terlalu intensif sih kontek
kontekannya sama dia, dia agak risih gitu, udah mulai nggak cocok sama sekali,
dan finish, kita putus “
“ tragis juga sih, kasusnya cewe yang perhatian tapi cowonya
nggak mau “
“ elo? Waktu putus kayak gimana? Perasaan elo masih pacaran
deh pas ulang tahunnya Iis? “
“ iya, waktu itu kita barengan kan ikut games makan kue
tartnya itu? “
“ iya, gue ingat, ini kapan ceritanya kalo elo muter muter
ngomongnya “
“ gue putus karena sempat berantem hebat sama dia, sekitar
sebulanan gue lost contact sama dia, seminggu awal awal, gue bilang sama dia kalo
dalam seminggu ini dia masih ngerasa nggak enak, artinya dia minta putus sama
gue, kalo dia masih niat, gue berdua mulai perlahan lahan lagi “
“ terus terus?? “
“ seminggu gue lost contact sama dia, pas akhir bulannya gue
konfirmasi lagi, dan memang dia juga mau putus sama gue “
“ kayaknya elo lebih tragis deh daripada gue kali Ghy “
“ haha, biasa aja deh, namanya juga mantan, masa lalu kale “
Kemudian kita berdua lanjutin makan nasi goreng, gue ngunyah
dengan membabi buta karena nggak makan siang sebelum kerja tugas bareng, dan
Rifda ngunyah nasi gorengnya perlahan dan nggak sampe habis, entah dia
kepikiran sama mantannya yang udah makan atau belum, atau dia udah makan duluan
di Pizza Hut Ramayana, gue juga nggak tau pastinya kayak gimana, yang jelas
suasana galau seperti ini bakalan memancing memori memori lama yang udah di
kubur perlahan.
“ aah, Ghy, gue kenyang “ mendorong piring nasi gorengnya
“ lah? Katanya mau makan nasi goreng? Nggak sesuai sama yang
elo request? “
“ sesuai sih, enak malahan, cuman nggak tau tiba tiba
kenyang gini, paling palingan gue lanjutin di rumah lagi, sebenarnya, gue
ngurangin porsi nasi gue, sebulan ini aja gue barusan kurangin makan nasi, dan
nasi gorengnya kayak begini, enak. Bisa gue bungkuskan? “
“ bisa, tanya aja mas masnya “
Menunggu sebentar, lalu kita berdua balik lagi ke mobil,
tukang parkir bangkotan yang matanya udah soek, gue juga mulai ngantuk karena
kekenyangan, dalam mobil gue lanjutin lagi ngobrol sama Rifda.
“ jadi, kapan elo putusnya? “
“ sekitar dua bulan yang lalu, elo? “
“ gue lebih duluan dari pada elo, sesudah pengumuman SNMPTN
kayaknya? “
“ serius? Udah lama dong? “
“ iya, udah lama “
Kemudian hening lagi hingga di ujung jalan A.P.Pettarani,
Rifda nyuruh gue mutar dan nggak jadi nganter dia ke rumahnya.
“ Ghy, elo mau kemana? “
“ nganter elo kan? Ya ini gue nganter sampe ke rumah “
“ nggak deh, nggak usah, takut gue di gorok ama abah gue
kalo pulang sama cowo jam segini “
“ jadi elo mau kemana? “
“ udah, anter gue aja di Pizza
Hut yang tadi, supir gue masih disitu “
“ siap nyah “
Gue muter balik, masih hening sehening heningnya, cuma radio
yang memecah heningnya mobil gue tanpa obrolan, setibanya gue di daerah Ramayana, Rifda gue turunin di samping Ramayana, dia minta nurunin disitu, gue
nggak bisa bilang apa apa, ya gue turunin aja disitu.
Perjalanan ke rumah sambil ngerokok, gue baru ingat, tadi
itu tanggal dua belas, bulan dua belas, tahun dua ribu dua belas, dan hipotesis gue yang paling mentok adalah
banyak banget orang yang jadian, atau nikah, atau melaksanakan hal hal yang
berkaitan dengan cinta cintaan pada tanggal cantik seperti itu, saking
malasnya, gue nggak gubris tanggal cantik
yang gue lewatin begitu saja.
Banyak dari temen temen gue di kampus memperhatikan soal kontek kontekan spesial gue sama Rifda,
dan yang paling heboh adalah Abe, temen kuliah gue yang satu ini hobi banget
ngejahilin gue sebagai jomblo, dan yang paling males , pas gue ledekin balik
lagi eh dianya kabur.
Abe mulai nanya soal Rifda yang hobinya ngegarecokin gue
kalo di Path, gue bisa jawab, mungkin
kita sama sama kosong, versi saling isi aja sih sebenarnya, nggak muluk muluk.
Abe kira gue pacaran sama Rifda, gue bilang nggak, dia balas
lagi tembak aja, kalo misalnya sama sama
kosong, kan nggak perlu terlalu lama buat menunggu satu sama lain?
Malamnya, gue tanya ke Depe soal ini, Depe bilang jangan terlalu terburu buru, kalo elo buru
buru, mungkin dia bakalan kabur lebih cepat daripada yang elo bayangkan.
Hari minggunya gue nekad buat nembak dia, gue penasaran
sendiri, mana hipotesis yang paling
manjur, apakah hipotesis dari Abe
atau Depe.
Minggu pagi itu, gue lagi jemput bokap gue di bandara, dia baru
pulang dari Ternate setelah ngecek proyek jalan dan jembatan yang lagi dia
awasi, sembari menunggu, as always,
gue beli kopi dulu di Circle K buat
ngusir rasa deg degan gue sebelum nembak Rifda.
“ halo? “
“ Iya Ghy, kenapa?? “
“ nggak, lagi iseng aja, kosong banget nungguin bokap dari
Ternate “
“ ooh, elo lagi dimana Ghy? “
“ gue di bandara, elo dimana? “
“ gue lagi jalan, mau breakfast dulu di McD, terus ke Coffe
Break, mau kerja tugas sama Tria “
“ aaaah, gue craving banget sama McD, kalo gue gowes sama
Depe biasanya breakfast dulu disitu “
“ ahaha “
“ eh, to the point deh, gue sebenarnya suka sama elo “
“ ah?? Suka?? Hahaha elo bercanda kan? “
“ serius, gue suka sama elo, gue kosong, elo kosong dan gue
mau “
“ aduh, Ghy, ah … eeh sori elo cepet banget, gue orangnya
nggak bisa langsung seperti ini? “
“ kalo nggak mau nggak papa sih sebenarnya “
“ iya, sori Ghy, cepet banget sih elo “
“ kenapa bisa cepet sih? Kalo gue boleh tau “
“ gue PDKT sama mantan gue aja sekitar setahun, dan gitu gitu
deh “
“ nggak papa deh, udah sono, lanjutin tugas elo aja “
“ iya iya, sori ya Ghy, mending kita temenan dulu deh “
“ boleh, lebih akrab mungkin lebih seru “
Berakhir di telpon, gue kembali menunggu bokap gue, sempat
terlintas dipikiran gue apa mungkin gue
lagi mabok kali ya gara gara minum kopi sampe dua gelas, berani banget gue
langsung ngomong kayak gitu??
Gue masih nggak habis pikir kalo gue habis nembak Rifda, gue
masih sekitar dua minggu deket sama dia, dan gue langsung tembak dia begitu
saja.
Malamnya gue kabur ke warkop depan kompleks, Dg. Sija. Tempat andalan gue sama Aye,
Anshar,Tomi, Hiraz, dan anak anak Kalapan
lainnya, gue bisa kenal mereka mereka ini waktu gue masih ikut pendaftaran
ulang JNS sebelum masuk UNHAS. Anshar yang notabene nya teman gue waktu SD yang
temenan sama Eki (temen kecil gue yang udah pindah ke Tenggarong) yang menjadi
awal mula gabungnya gue dalam komunitas ini.
Isinya terdiri dari beberapa Jomblo Sarap sama seperti gue, dan yang paling parah adalah Hiraz
dan Ucok, karena dia satu jurusan bareng Rifda.
Gue nggak ngasih tau temen temen gue di warkop soal di tolaknya gue berpacaran dengan Rifda,
takut gue diejek ejek lagi sama mereka, sudah cukup gue hobi banget diejek ejek
di kampus, di warkop, bahkan di rumah, gue masih diejek sama nyokap soal jomblo
jombloan gue, asem.
Pasca gue ditolak Rifda, perlahan Hiraz dan Ucok tau soal
ini, Ucok sempat nanya ke gue soal ini.
“ Ghy, elo udah nembak Rif … “
Gue tutup mulutnya Ucok yang mirip lobang pantat dengan
membabi buta, takut ketahuan sama anak anak yang lain.
“ EH, DIAM NGGAK ELO!! JANGAN KASIH TAU ANAK ANAK YANG LAIN!
“
“ HHHMMMMPPP, HEMMMP! “
“ AWAS KALO ADA ANAK ANAK YANG TAU! GUE CUBIT GENDANG
TELINGA ELO! “
“ HMMPP, HMMMP! “
“ APA?? APA?? “
“ NAPASSS HMMPP GUEHMMP SUSAH NAPAAAASHMMP “
“ KENAPA ELO NGGAK NGASIH TAU OON?? “
“ UHUG UHUG! KAMPREET, ELO NUTUP MULUT GUE NGGAK KIRA KIRA “
“ hehe “
“ elo kapan nembaknya?? “
“ waktu di bandara, biar kece gitu “
“ ya elah, sok deh, mau kayak di film film gitu kan? Tapi di
to … “ gue tutup mulutnya lagi dan gue teriak
“ IYA IYA, GUE GANTENG! GUE UDAH! OVER DEH ELO COK! “
Pas gue lepas tangan gue dari mulut Ucok, kepala gue di
tabok.
Enak enaknya ngobrol, Hiraz nge line anak anak, katanya dia mau ke Dg. Sija, perlahan lahan gue pucat, keringat dingin, bulu bulu kaki gue jadi keriting seketika, eh kalo bulu kaki udah keriting duluan, intinya gue parno dengan tiga temen gue yang anak Ekonomi.
Enak enaknya ngobrol, Hiraz nge line anak anak, katanya dia mau ke Dg. Sija, perlahan lahan gue pucat, keringat dingin, bulu bulu kaki gue jadi keriting seketika, eh kalo bulu kaki udah keriting duluan, intinya gue parno dengan tiga temen gue yang anak Ekonomi.
Hiraz, Ucok, dan Ikhsan adalah anak Ekonomi, tapi Ikhsan
doang yang bukan anak Akuntansi, so, gue nggak terlalu parno dengan Ikhsan.
“ WO YOOOOY, KAKA KECE IS IN THE HOUSE YOOOOH!! “ teriak
Hiraz dari depan warkop
Gue makin pucat, kulit gue jadi abu abu yang awalnya hitam
gelap, keringat biji jagung kemana mana, gue mau boker di atas meja. Aaaaargh
“ AAAAAAH, INI ADA KAKA ALIEN YANG HABIS DI TOLAK SAMA RIF …
“
“ KAMPREEEEEET, RAAAAZ!!! “
“ DIA DI TOLAK SAMA RIFDAAA!! “ Ucok ngelanjutin kata
katanya Hiraz
“ hahaha “ Aye, Anshar, Ikhsan, dan Tomi ketawa bareng
Setelah insiden itu gue selalu disudutkan kalo misalnya ada Rifda
update di Path atau twitter, dan
lama kelamaan gue mulai terbiasa dengan itu.
Dengan berlalunya persoalan gue nembak Rifda, ada rasa yang
sebenarnya masih ngegantung buat gue, entah memang gue masih ada rasa sama
rifda atau gimana, gue juga nggak ngerti.
Sekitar tanggal dua puluh lima Desember, gue bersama
keluarga gue liburan ke salah satu pulau di daerah Pangkep, namanya Pulau
Karanrang.
Beberapa temen gue sempat gue kasih kabar sebelum kesana,
termasuk Rifda. Hanya sekedar mengingatkan kalo bentar gue ada apa apa.
Jam dua siang, gue sampe di Kabupaten Pangkep. Disana, gue start lagi pake kapal laut kecil khas
Pangkep, biasanya orang panggil dengan nama Jolloro’,
memakan waktu sekitar satu setengah jam dari muara sungai sampe ke tengah laut.
Gue dengan keluarga gue sekitar lima belas orang, bersama lima
om gue, nenek, kakek, nyokap, sama beberapa sepupu sepupu gue, setibanya gue
disana, gue disambut dengan beberapa warga pulau dan tiga orang keluarga gue
disana, ada om gue dan dua tante gue.
Namanya Om Aji, dia sering bisnis ikan Kerapuh disana,
biasanya dia export sampai ke Jepang,
katanya ikan Kerapuh disana mahal banget, sekilonya aja bisa sampe tujuh ratus
ribu, dan biasanya Om Aji nangkep ikan Kerapuh hingga kedalaman dua puluh
meter.
Malamnya gue makan dulu, kemudian gue diajak mancing cumi di
dermaga.
“ Ghy, kamu bawa pancing? “
“ iya, bawa, Om Asdar tadi bawa, ada dua “
“ DUAAAAAAAAA “
“ eh eh, iklan lagi “
“ hehe, udah punya mata pancing? “
“ belom “
“ udah deh, pasang dulu, om mau cari umpan “
“ otre om, mareeee “
Gue pasang mata pancing, kemudian gue jalan kaki bareng deh
ke dermaga, gue bareng dua om gue.
Kenapa gue jadi ngomongin om om gini yah? Bodo amat, yang
penting gue mancing. Gue pasang umpannya, gue ayunkan jorannya dan disinilah klimaksnya
: menunggu sampe jontor. Dalam penantian gue dengan cumi cumi goblok yang gue
tunggu makan umpan, gue duduk di pinggir dermaga, menuggu, mengkhayal gue dapat
cumi cumi monster atau gurita.
Lima belas menit, setengah jam berlalu, gue hanya bisa lempar
joran berulang kali, sampe akhirnya gue dapat satu anak cumi, nggak terlalu
besar, lempar lagi, sampai akhirnya gue dapat empat ekor, tiga yang gede, dan
satu anak cumi yang nggak sengaja kepancing.
Nggak terasa udah jam dua belas lewat, gue cabut dari
dermaga, takutnya gue di apa apain sama anak anak muda daerah situ yang katanya
sering mabok.
Berpikir selagi menikmati perjalanan pulang, gue refleksikan
lagi ketika gue mancing
Ternyata gini rasanya
di PHP kalo lagi mancing. Kalo gemes sama cuminya setelah di PHP, bisa disantap. Tapi
di PHP sama manusia? Kalo gemes, mana bisa dibakar, terus dikecapin? Atau
digoreng tepung?
Gue mulai ngaco, hampir nyasar karena gue nggak pake
kacamata waktu itu dan khayalan gue tentang cumi goreng tepung.
Pagi, gue mempersiapkan diri sebelum gue cabut ke Makassar,
sekiranya gue sempat tidur sekitar enam jam lebih buat simpan energi selama gue
naik Jolloro’ yang guncangannya bikin
kece mampus.
Pulang dengan keadaan setengah sadar karena gue orangnya
ngantukan kalo lagi dapat perjalanan jauh, tiga jam dari Pangkep menuju
Makassar.
Selang enam hari kemudian, gue berniat untuk merayakan tahun
baru bersama Depe, Lean, dan Pute yang akhirnya bisa libur di Makassar walaupun
cuman sebentar.
Gue siap siap tahun baruan, gue di introgasi dikit sama
nenek gue, lolos dari itu, gue langsung cabut ke warkop, menikmati ayam bakar
yang anak Kalapan buat, ngobrol
sebentar, dan ngeloyoslah gue menuju rumahnya Depe.
Sekitar setengah sebelas malam, gue udah lumutan nge- line Depe, Lean, dan Pute karena gue
udah ada di depan rumahnya Depe.
“ lama bener?? “
“ nggak ada yang lihatin hape, anak anak sibuk masing masing
“
“ patasan aja gue lumutan di luar nugguin kalian “
“ maap yeh? “ Depe masang muka tak berdosa
“ ya udah, anak anak yang lain dimana? “
“ Pute lagi solat, Lean lagi nonton F4 di laptop “
Hening
Memang dasarnya sebagai manusia yang kosong, pas ngumpul
nggak tau mau ngapain, eh sekalinya nggak ketemu, kangen, rindu berutbi tubi.
Dasar jomblo. (ngatain diri sendiri)
“ jadi?? Kita mau ngapain? “ tanya gue, memecah keheningan
sebentar
“ hmmmmm, foto foto! “ kata Depe, mantap
“ oke, foto foto “
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Nggak sadar kita udah foto foto hampir setengah jam. Mulai
ganti gaya, pasang muka tolol, versi terlalu senang, hingga foto foto ala
Hiraz, semuanya kita lakukan ber empat.
“ eeeeh, eh, Hiraz mau kesini “ Lean semuringah
“ lah, itu anak kan lagi bareng anak anak yang lain di
warkopnya Tomi? “
“ iya, katanya ada barangnya anak anak yang masuk di tas pinggang
elo “
“ astagaaaa, sarap, gue udah jauh, eh, malah dia yang
rempong “
“ kita di luar aja deh, sambil tunggin Hiraz “ Depe
menengahi
Gue duduk duduk di luar sambil ngelihat orang lalu lalang,
gue nggak sadar kalo Hiraz udah datang, gue kasih barang yang dimaksud yang
ternyata PC Tablet punya anak anak. Setelah Hiraz terima, dia cabut, karena mau
ngalanjutin makan makannya di warkop, gue ngelanjutin lagi sama sodara
perempuan gue.
“ eh, mumpung di luar, jalan ke pantai yuk? “ ajak gue
“ aah, males, banyak
orang orang nggak beres disitu tau nggak! “
“ ya elah, takut amat, Depe, elo mau ikut? “
“ mau mau! “ jawab Depe
“ pute? “
“ kalo gue sih terserah? “
“ artinya mau kan? “
“ iya “ Pute yakin
“ YES! TIGA BANDING SATU! LEAN KALAH TELAK! “
Berjalan kaki perlahan, gue bakar rokok, menikmatinya
seperti perjalanan gue menuju Anjungan, gue masih nggak nyangka, udah tiga
tahun lebih gue bisa akrab sama manusia manusia ini, terutama Pute dan Depe.
Kenapa pute? Soalnya dia temen SD gue, walaupun beda kelas
dalam satu kompleks SD yang sama, gue masih sempat buat nge jahilin dia kalo di
mobil antar jemput, dan itu berlangsung sekitar tujuh tahun yang lalu.
Kalo Depe?? Hmmm, sebenarnya kalo diantara Lean, Pute, Iis,
Aan, Eki dan Depe, gue lah yang paling bontot, tapi, gue masih sering anggap
Depe itu ade gue, dia yang paling kecil, cempreng, childist, but so far, I like
her style to solve some problems that her had before.
Baru dua kali gue bisa tahun baru sama sahabat gue sendiri,
pertama sewaktu gue masih sering jalan sama Sule, dan yang kedua, pada tahun
ini.
Gue jalan lagi, setengah mengkhayal membuat gue hampir ke
tabrak sama motor, soalnya gue nyembrang sambil ngelindungin tiga manusia
disamping gue, takut kenapa kenapa, takut ada yang hilang, dan takut takut yang
lainnya.
Belum sampe di anjungan suasananya udah hujan kembang api
dan petasan, ternyata udah tahun baru, Lean udah mumet dengan orang orang yang
berlalu lalang, banyak anak Punk
juga, Pute mulai risih karena takut di colek colek atau bagaimana, tapi Depe,
dengan santainya ngeloyos ke depan gue sambil bilang Ghy! Beli kembang api yuk?
antiklimaks
Gue balik lagi ke rumah Depe, memikirkan setiap resolusi
yang bakalan gue lakukan untuk tahun ini, berjalan agak lambat dari mereka
bertiga, masih dengan rokok yang menggantung di pingggir bibir gue, menarik
nafas lalu ini resolusi gue
gue usahain nggak
bakalan pacaran untuk tahun ini, cukup soal pacar pacaran menggangu konsentrasi
gue kalo di kampus, gue mau nilai semester dua dan tiga gue cakep.
Gue permantap niat gue, lalu gue tanya ke anak anak yang
lain sesampainya di rumah Depe.
“ gimana resolusi gue? Keren kan? “
“ tapi, elo bisa worth
it nggak sama kata kata elo? “ kata Pute, ragu
“ mudah mudahan gue nggak tergoda sama pacar pacaran “ gue
meng aminkan dalam hati
“ weeeits, Aghy, berani banget, tapi awas yah kalo pacaran?
“ Lean mengancam
“ iya iya, kalo misalnya gue pacaran, gue rela gebukin sama
elo “
“ awas yeeeh? “
“ iya “
kemudian gue selonjorin badan di sofa, berfikir lebih keras.
kemudian gue selonjorin badan di sofa, berfikir lebih keras.
Hingga akhirnya sekarang udah bulan Februari, gue mulai
terbiasa dengan ejek ejekan teman gue dikampus, warkop, bahkan dirumah gue
sendiri, gue masih sering di Bully
sama nyokap.
Nggak habis pikir, delapan bulan nge jomblo bikin gue makin
bersyukur dalam menikmati hidup, entah karena gue punya lebih banyak waktu sama
keluarga gue, sahabat gue, temen temen gue. Walaupun disisi lain gue nggak
begitu terurus dengan dandanan gue yang nggak bisa terlalu bersih dan pola
makan gue, karena nggak ada yang ngingetin makan, efeknya, kembali ke gue, maag gue kambuh, nyokap marah, sahabat
gue marah, disisi lain gue nyusahin orang.
Selama gue jomblo, gue bisa debat bareng bokap soal
konstruksi bangunan yang menjadi makanan sehari hari gue dikampus, gue bisa
ngejahilin ade gue kalo tidur dengan masukin cabe ke hidungnya, gue bisa
begadang dengan leluasa, gue bisa deket sama temen temen cewe gue tanpa ada
yang cemburu, semua itu yang gue bisa lakukan selama gue masih jomblo.
Selama gue jomblo, gue bisa prepare tulisan gue yang kemarin kemarin yang udah gue jadiin
naskah dan akhir bulan Januari kemarin, gue udah bawa ke Jakarta, lagi seleksi.
Jangan lupa doain gue, mudah mudahan jadi buku betulan.
Dan selama gue jomblo, laptop menjadi pacar setia gue, benda
yang bisa bikin gue mood sampe bikin
gue drop, benda yang selalu dengar
curhatan gue, benda yang nggak pernah ngebocorin semua aib gue, perlu kalian
tau juga, LAPTOP GUE LEBIH SETIA DIBANDINGKAN CEWE MANAPUN!
Kali ini gue dapat pelajaran besar, selama gue masih sendiri
(atau jomblo), hidup gue bakalan penuh dengan harapan, harapan harapan kosong
yang bikin gue terbang didalam air laut, like
a squid that I catch without hope anymore.
CHAO!!!
1 comment
FILM ONLINE 21 CINEMA MOVIE
NONTON TV ONLINE
Posting Komentar