When We “ Stuck ” Together
Sewaktu kita masih SD, pacaran atau suka sama lawan jenis adalah hal yang tabuh, tiap kali kita digosipkan sama teman cewe atau teman cowo pasti kita ngerasa risih dan grogi, walaupun bukan dia yang di pikiran elo, tapi tetep aja elo berasa grogi kalo deket deket sama dia.
Mungkin diantara kalian kalo di gosipin kayak gitu waktu SD pasti malu malu juga kan? Gue juga, Nina juga mungkin kayak gitu.
Maka daripada itu gue ngeyembunyiin perasaan gue sama Nina, sewaktu gue SD gue sebenarnya suka sama dia, tapi gue nggak pernah ngobrol ke teman teman gue, waktu SD gue orangnya malu buat cerita seperti itu, takut di ejek.
Sudah cukup ejekan mata gede dan jidat gue yang jenong yang gue terima dari temen gue di sekolah, dan sudah cukup gue jadi tersangka kalo ada kesalahan yang di buat bersama.
Sewaktu SD dia suka main karet dan bekel sama Nhino, dan Ratu, pas istirahat, gue hanya diam di pojokan kelas sambil duduk, menikmati minuman dingin dan sepotong pisang goreng yang gue beli di kantin, diam, memperhatikan dia melompat, layaknya ballerina, dia sangat jago, gue hanya di samping lemari tua berisi buku tahun sembilan puluhan, menikmati sepotong demi sepotong pisang goreng alot buatan mbak.
Gue selalu perhatikan rambutnya yang panjang yang tertiup angin, tiap kali kena aroma rambutnya gue cium rasanya gue pengen terbang, gue hanya tau kalo bau seperti itu biasanya hanya bisa kita rasakan kalo cium rambut cewe yang habis nyalon, harum banget, tapi ternyata dia nggak terlalu suka sama nyalon nyalon seperti itu.
Oh tunggu dulu, gue akan kenalin mereka bertiga, mulai dari Nhino
Karina Alfisah Utami .als Nhino .als Patrick, gue lupa kenapa dia bisa di kasih nama patrick, yang jelas dia waktu SD dipanggilnya seperti itu.
Lanjut ke Ratu, Ratu Hardiyanti Supriadi .als Ratu .als Telo, waktu lagi booming boomingnya TMNT dia suka sama Donatelo, makanya sampe sekarang kalo gue panggil Ratu itu dengan panggilan Telo.
Siapa itu Nina? Nina itu nama samaran dia di cerita gue sekarang, dia itu lumayan cantik, bukan fisik only, tapi dalemnya juga bikin gue tertarik sama dia dari SD, pendiam, tenang, tapi kalo elo kenal dia lebih dalam, banyak hal yang berbeda dari dia.
Waktu masih kelas enam gue nggak terlalu suka main bola, dengan postur gue yang tinggi dan tambun membuat gue susah lari, dan gue orangnya cepet capek, makanya gue nggak terlalu suka main bola waktu itu, Nina juga nggak suka main bola waktu itu, sama seperti gue (dan buat apa juga cewe main bola?).
Sampai selesai SD kita semua mencar ke SMP yang kita tuju, berusaha untuk menaikkan pamor dengan cara masuk ke SMP unggulan, biar nanti kalo ngambil ijasah di sekolah nggak malu maluin, waktu itu gue masuk SMP06 sama seperti Telo, Nhino terdampar di Atirah, enaknya, gue bisa jalan jalan ke SD gue, karena SD gue cuma beberapa blok dari SMP gue.
Nina waktu itu gue nggak tau SMP dimana? Yang gue tau cuma beberapa temen gue yang memang setara dengan sekolah gue, karena beberapa temen SMP gue berteman sama temen SD gue.
Akhir tahun dua ribu delapan jejaring social facebook sangat booming, untungnya punya facebook adalah gue bisa kontek kontekan sama temen temen SD gue yang udah lama nggak pernah gue lihat bentuknya, termasuk Nina.
Setahun gue jadi facebookers sejati gue nggak pernah dapet facebooknya Nina, sampai akhirnya dipertengahan tahun dua ribu sepuluh dia nge-add gue di facebook dan saling bales bales wall
“ ini nina yah? “
“ ho oh gifar, gue nina, kaget? “
“ hah, betul ini nina? Kok elo berubah sih? “
“ power ranger kali berubah “
Beberapa basa basi akhirnya gue to the point, gue minta nomer dia, gue pengen kontek kontekan gue lebih intensif, akhirnya kita semua ketemuan lagi, walaupun cuma di facebook itu sudah lumayan bagi gue.
Membuat suatu alasan logis buat bisa ketemuan sama Nina, gue ngajak Telo dan Nhino buat nonton bareng, dan memang waktu itu gue lagi banyak duit, jadi nggak ada salahnya kalo gue nraktir mereka bertiga.
“ Telo elo bisa dateng nggak? “
“ siapa dulu yang udah datang? “
“ eh gue, Nina, dan kayaknya nino nggak ikutan deh? “
“ eh kalo gitu gue nggak jadi deh “
Dengan nggak jadinya Nhino buat ikutan nonton maka ikutan pula Telo nggak ikutan, finally gue sama Nina nonton, berduaan.
Setelah gue nonton, gue nganter dia ke rumahnya, sebelumnya gue ajak dia buat makan, dia godek dan mau pulang, sebagai cowo gentleman gue harus antar dia sampe kerumahnya.
Sewaktu gue antar dia kerumahnya gue berfikir “ apakah orang yang dulunya pernah gue suka masih sendiri alias jomblo ? ”.
Semakin deket kerumahnya semakin gue yakin bahwa dia itu lagi sendiri, dan gue nekad hari itu, “ GUE HARUS NEMBAK DIA “, gue harus mengungkapkan perasaan gue dulu ke dia, perasaan yang selama ini menyiksa otak kiri gue untuk menimajinasikan bagaimana bentuk dia sekarang, bagaimana senyumnya, posturnya, matanya, rambutnya, semua muanya.
“ eh ghy belok kanan “
“ ok “
“ yak stop stop, ini rumah gue, jelekkan? “ sambil nunduk karena malu rumahnya sangat sederhana
“ nggak juga kok? Gue suka rumah kayak gini, rame pula, jadi inget rumah gue yang lama “ gue ngembaliin mood dia
“ serius? “
“ bener “
“ ok, thanks yah ghy sudah ngajak nonton “ Nina buru buru kabur
“ sip, eh tunggu dulu “
“ kenapa lagi? Mau minum? “ Nina balik sambil pasang muka heran
“ bukan, sebenernya gue . . . gue . . . suka sama elo “
“ elo bercanda kan? “ kayaknya Nina nggak percaya kalo gue suka sama dia
“ serius “
Gue sama sama diam, sambil menatap matanya dalem dalem, gue berharap dia langsung jawab “ ia ”.
Menurut beberapa temen deket gue, gue itu tipe orang yang nggak sabaran, terlalu lincah, keras kepala, tukang ngotot, dan ceplas ceplos atau mungkin bisa dikata “ TERLALU JUJUR BERCAMPUR NEKAD“, seharusnya gue di kasih jawaban sekitar dua hari kemudian, tapi, emang dasar orang nggak sabaran jadi pas malemnya gue sms Nina
“ jadi gimana sekarang? Tolong jangan kecewain gue yah? gue udah tiga tahun nunggu untuk bisa ketemu sama elo “
“ sebelumnya sori ghy, gue belum bisa, gue belum tau elo sekarang itu kayak gimana? Sifat elo, cara elo ngehadapin gue, gue blank semua tentang elo “
Dengan sms itu maka resmilah gue di tolak.
Berhubung gue orangnya nggak cepat putus asa (bilang aja nekad ghy) tiap malam sms Nina, oh iya, gue punya satu kesamaan dengan dia, gue suka bahasa inggris, jadi setidaknya gue punya kelebihan di mata dia, tapi sebenarnya itu bukan kelebihan, melainkan kebetulan yang sempurna.
Setiap malam, sekitar jam sembilan, gue selalu sms ke dia “ good night little angle “, dengan harapan gue bisa kenal sebagai “ cowo sederhana yang sangat perhatian “, sayang nya kalo sementara gue smsan dan gue sms kayak gitu tiba tiba dia nggak bales smsnya lagi.
Beberapa hari kemudian gue tembak dia lagi, tapi di tolak, minggu depannya gue tembak lagi, di tolak lagi, dan begitu seterusnya, sampai akhirnya gue nyerah, malaikat mungkin lagi nggak konsen buat nyatat permintaan gue untuk bisa pacaran sama dia, fak banget deng.
Gue memang orang yang keras kepala, tapi kepala gue nggak sekeras batu kali, jadi gue putuskan buat nyerah untuk mengharapkan suatu hubungan yang sebenarnya belum harus gue jalani bersama Nina.
Sesudah gue putuskan untuk nggak berhubungan sama Nina, setiap smsan sama dia kepala gue langsung pusing, gue pusing bukan gara gara pulsa gue abis atau nyokap gue nyuruh gue ke pasar, gue pusing gara gara sakit hati gue ke dia, you make me desperate Nina.
Beberapa bulan lost contact sama Nina buat gue berasa lebih nyaman, hidup gue lebih tenang, seorang pria yang lajang akan merasa lebih bebas tanpa seorang wanita yang melarang, analoginya, seorang jomblo akan bahagia dengan banyak makan (ini maksudnya apa?).
Suatu saat, ada wall di grup alumni SD gue
“ eh ngumpul yuk? “ wall salah satu temen gue
“ boleh tuh, ajak yang lain juga “ balas Nina
“ gue ikutan juga yah? “ potong gue
“ ok “ Nina balas datar
Sampai akhirnya kita tentukan tempat di rumahnya temen gue yang wall paling pertama dan waktunya sekalian, gue nggak pernah ke rumahnya sama sekali, cuma Nina yang tau dimana rumahnya, jadi gue putuskan buat jalan bareng sama Nina ke rumahnya.
Pas hari H, ternyata malam minggu, malam dimana setiap orang yang memiliki pasangan saling bertukar informasi, bertukar informasi keadaan selama mereka tidak bertemu, bertukar informasi tentang rasa rindu yang tak tersalurkan selama enam hari, bertukar informasi untuk kapan mereka bertukar informasi lagi, dan sayangnya gue nggak ada tempat untuk bertukar informasi yang seperti itu.
Sewaktu disana kita cuma ngobrol hingga larut malam, pulangnya gue antar Nina kembali ke rumahnya, saat itu gue dan Nina menghadapinya biasa saja, gue menanggapinya flat, sama seperti dia ke gue.
Suatu saat gue kepikiran untuk bertanya kembali ke Nina ” apakah dia masih sendiri? Apakah perasaannya masih sama ke gue selama gue sudah di tolak? Apakah dia masih punya stok jawaban yang sama? “ gue masih belum tau?
Karena gue penasaran makanya gue tembak dia lagi
“ Nina? “
“ iya, kenapa ghy? “
“ gue masih punya harapan nggak? “
“ kayaknya sih ada, tapi ada syaratnya “
“ apa syaratnya? “ balas gue
“ elo harus berhenti merokok “
“ berapa lama? “
“ sekitar sebulan deh, kalo elo bisa kita pacaran deh “
“ ok, gue coba ngurangin frekuensi gue merokok, tapi gue belum siap kalo gue langung berhenti merokok “
Selama satu minggu awal gue ngurangin untuk merokok, yang biasanya sebungkus sehari, dan sekarang gue kurangin sebungkus bisa untuk dua sampe tiga hari, sampe akhirnya gue berhenti merokok selama sebulan
“ eh gue udah berhenti ngerokok, jadi hari ini awal gue nggak berhenti merokok “
“ we will see next month “
“ you will be my girl, right? “
“ after you finish this smoke fasting “
“ ok, haha “
Sebulan tanpa rokok buat gue sering sakau tiap kali lihat bokap gue merokok, tiap kali gue sudah makan gue selalu berusaha jauh dari bokap gue, elo nggak pernah tau rasanya kalo lagi ngiler gara gara lihat orang ngerokok.
Tiap kali gue ngumpul sudah pulang sekolah sama temen gue, gue usahain untuk beli permen atau cemilan, sempet temen gue pada nanya semua “ kenapa elo berhenti ngerokok ghy? “ gue jawab, “ gue lagi nggak mood buat ngerokok “, padahal sebenarnya gue berhenti merokok bukan gara gara nggak mood, tapi, akibat seorang cewe yang bisa buat gue kayak gini.
Setiap kali gue gue ngiler, gue ingat lagi perjanjian gue sama Nina, otak kiri gue bilang “ ghy elo ngerokok aja, si Nina juga nggak pernah ngelihat elo, jadi nggak papa kan kalo elo merokok? “, tapi gue selalu ikutin otak kanan gue “ ghy nggak usah merokok, kalo elo udah janji kayak gitu nggak usah pacaran deh sama Nina “, makanya gue bisa tahan buat nggak merokok.
Sebulan yang lalu Nina nantangin gue buat nggak merokok, and finally, I can trough this baby, dan malamnya gue sms ke Nina
“ ehm, kayaknya udah sebulan nih gue nggak merokok? “
“ astaga, gue baru ingat “
“ jadi bisa dong gue kenalin ke orang lain kalo elo itu adalah pacar gue sekarang? “
“ boleh deh, tapi gue minta satu permintaan “
“ apa? “
“ gue nggak mau panggil sayang sayangan dalam bentuk apapun itu “
“ ok, dan gue juga punya syarat “
“ apa? “
“ gue nggak mau dilarang, dan gue juga nggak ngelarang “
“ ok, deal “
Kalo kalian baca dari awal tulisan gue ini pasti menurut kalian gue pacaran atas dasar perjanjian, mungkin ini bertolak belakang dari prinsip awal pacaran yang sebenarnya.
Biasanya prinsip awal dari sebuah pacaran adalah dua-manusia-yang-suka-satu-sama-lain, tapi sekarang gue menjalaninya dengan konsep baru, sebuah konsep pacaran dengan bentuk perjanjian, menurut gue itu sudah adil, karena memang gue berdua orangnya demokrasi, jadi ini adalah jalan terakhir untuk menyelesaikan kerumitan rasa suka gue yang bercampur dengan demokrasinya dia.
Hari hari gue setelah pacaran sama Nina menjadi lebih indah, yang biasanya gue bangun sekitar jam tujuh sekarang gue bangun sekitar jam enam, biasanya gue cuci motor sebulan sekali, setelah gue pacaran sama Nina, gue bisa cuci motor pagi-sore, gue berasa lebih rajin tiap kali gue menjalani sebuah hubungan dengan orang lain.
Dua bulan nggak terasa, selama gue pacaran gue jarang ketemuan sama dia, berhubung rumahnya jauh dan gue nggak terlalu suka jalan waktu itu, gue berfikir “ kayaknya gue harus refreshing sama dia sekali sekali dan gue juga harus ngumpul inspirasi buat lomba fotografi hari minggunya “, jadi gue putusin bua jalan pas malam minggunya.
“ nggak jalan bareng temen elo nggak? “
“ nggak kok, kenapa emang? “
“ jalan yuk? Bosen nih di rumah “
“ boleh, gue juga ada tugas dari sekolah, jadi sekalian elo bantuin gue “
“ ok deh, ketemuan dimana? “
“ di kafe dekat rumah elo aja deh? “
“ boleh “
“ see you “
“ later “
Jadi gue capcus ke kafe deket rumahnya dia, dia dateng sama kakaknya, gue dateng sendiri
“ apa tugas elo? “
“ cuma di suruh cari ciri khas dari tiap daerah di Indonesia “
“ ok, we find together “
Sedikit demi sedikit gue cari tulisan tulisan yang dia maksud, warp time sama pacar itu buat elo lupa waktu, mungkin karena terlalu happy, dan mungkin karena baru ketemu lagi.
Hari minggunya gue ikutan lomba fotografi di daerah pelabuhan dan anjungan pantai losari, mood gue buat cari gambar lagi menggebu gebu, jadi foto foto yang gue dapet juga jadi lebih keren, entah kenapa semangat gue masih seperti tadi malam.
Sebelum gue lanjut, gue mau nanya sama kalian, apa perasaan elo kalo misalnya elo baru ketemu sama orang yang elo sayang? Pastinya seneng kan? Apa perasaan elo kalo misalnya orang yang elo sayang pergi? Pastinya sedih kan?
Kayaknya dua pertanyaan di atas gue alamin bersamaan sesudah lomba fotografi, Nina putusin gue, kalo gue nggak salah ingat dia nulisnya kayak gini
“ aghy sori, gue minta putus sama elo, gue udah ada orang lain, lebih baik daripada elo, tapi bukan dari segi fisik “
Sontak gue kaget dia sms kayak gitu, gue masih enjoy dengan hubungan gue dengan dia, gue masih ada dalam semangat tadi malam, mungkin dia selama ini pacaran sama gue bukan atas dasar demokrasi tadi, melainkan atas dasar kasihan, kasihan karena gue terlalu memaksakan kehendak gue.
Sudah sms itu gue berusaha untuk hubungin dia, gue telpon nggak diangkat, gue sms nggak dibalas, “ kayaknya Nina bener bener berusaha buat ngelupain gue, mungkin gue freak bagi dia “ hipotesis gue menjadi kenyataan waktu itu.
Setelah tragedi itu gue juga berusaha untuk ngelupain dia, dan dia juga berusaha buat ngelupain gue kayaknya, soalnya gue jarang kontek kontekan dalam bentuk apapun, gue remove dia dari facebook situs yang selama ini bisa buat gue ketemu sama dia, situs yang bisa buat gue pacaran sama dia, situs yang buat gue bisa sakit hati.
Insiden itu gue analogikan seperti kepala gue habis di kejedot di tembok, tembok yang bikin gue sadar untuk nggak mendekati dia lagi, untungnya semua temen gue ngedukung hal itu, apa lagi Andry (temen sekelas gue disekolah), dia yang paling kontra terhadap Nina, menurut dia orang yang kayak gitu nggak usah ditemenin, nggak ada gunanya berteman sama seseorang yang buat hati elo hancur, gue berfikir, ada benernya juga si Andry.
Sekitar sebulan gue nggak pernah ngumpul sama temen SD gue, dan kebetulan salah satu temen gue nge wall lagi di facebook buat ngajak ketemuan, si Nina juga ikutan, tapi gue kesana bukan buat ketemuan sama Nina, tapi buat ketemuan sama temen gue yang lain.
Setiap sabtu kita ngumpul bareng, tapi gue nggak terlalu sering buat ngumpul bareng karena gue sekarang jadi anak IPA yang notabennya harus rajin belajar, dan rata rata teman SD gue ngelanjutin SMAnya di SMK, bukan SMA seperti gue sekarang.
Sabtu yang kesekian kalinya gue baru ngumpul, Nina ada di sana juga, gue berusaha datar ngehadapin dia, nggak terlalu menggebu gebu seperti sebelum gue pacaran sama dia.
Sekitar enam bulan gue lost contact sama dia, gue juga masih sempet pacaran sama teman sekolah gue dan putus gara gara gue ambil keputusan buat fokus belajar serta dia yang kayaknya deket sama sahabat kakaknya, selama enam bulan gue cuma dapet kabar dari send allnya yang biasa terkirim ke gue, kembali gue menghadapinya datar.
Bulan depannya gue dapet wall lagi di grup untuk ngumpul bareng lagi sama temen SD gue, gue juga ikutan, Nina juga ikutan.
Anehnya, waktu itu temen SD gue ada yang bilang kalo Nina itu udah putus sama pacarnya yang sesudah gue, gue tanggepin datar, tapi salah satu temen SD gue yang satu sekolah sama dia menganggapnya sebagai kabar gembira, karena ternyata diam diam temen SD gue yang satunya suka juga sama Nina, jadi, dia minta izin ke gue
“ ghy elo masih pacaran nggak sama nina? “
“ nggak kok, kenapa emang? “
“ elo masih suka nggak sama nina? “
“ nggak, kenapa ih? Kok elo nanya kayak gitu ke gue sih? “
“ gini gue itu suka juga sama nina, jadi gue mau PDKT sama dia “
“ ya elah, monggo elo PDKT sono sama dia, mau elo pacarin juga serah elo aja “
“ bener nih? “
“ suer “
“ sip, thanks ghy “
“ sukses lo sama dia “
Temen gue ini kayaknya nggak percaya kalo gue bener bener udah datar sama Nina, buktinya dia nanya sampe segitunya sama gue, gue cuma kasih nasihat ke dia, kalo Nina itu susah elo dapet, dan bukan orang yang sembarangan yang bisa dapet dia, mungkin cuma gue orang sembarangan yang bisa dapetin dia.
Setelah ketemuan, itu gue sempet nanya keadaan Nina, sehat atau tidaknya bukan jadi masalah, tapi, apakah dia masih pacaran sama orang yang bikin buat gue putus sama dia?
Dia bilang, dia udah putus sama Ardy (orang yang bikin gue putus sama Nina) gara gara Ardy buat sesuatu yang bikin Nina ilfeel sama dia (seingat gue ), gue nggak tau apa yang di perbuat Ardy ke Nina, kan itu bukan urusan gue sekarang, dan Nina bukan siapa siapa gue sekarang.
Nggak kerasa sudah bulan puasa, wall di facebook semakin bertubi tubi untuk buka puasa bareng, gue juga nggak ikutin semua, yang sesuai schedule gue aja yang bisa gue datengin.
Pas ada salah satu wall dari temen SD gue, yah gue putusin untuk pergi, gue nggak enak kemarin kemarin jarang ngumpul sama mereka gara gara tugas gue.
Sebelum hari H, Nina sms gue buat nanya kalo gue itu pergi atau nggak
“ ghy elo pergi nggak hari sabtu? “
“ ho oh, gue pergi kok, elo? “
“ ia, gue juga pergi kok “
Pas hari H ternyata anak anak sudah ngumpul di KFC di lantai satu, gue disms sama Nina buat ke KFC yang di lantai tiga,gue nggak tau apa maksud Nina suruh gue ke lantai tiga, padahal acaranya kan di bawah?
“ yang lain mana? “
“ pada di bawah semua “
“ lah terus buat apa gue ke atas? “
“ ya temenin gue dulu, gue malu malu “
“ gara gara anak anak di bawah cowok semua? “
“ itu juga “
“ ya elah, kan emang elo cewek sendiri yang dateng, temen kita yang cewek pada nggak bisa dateng kali “
“ itu masalahnya “
Gue sempet pesen pepsi sebelum turun ke bawah, dan anak anak juga kaget “ kenapa si aghy bareng sama Nina? ”, dan yang paling gue nggak enak sama temen gue yang suka juga sama Nina, makanya gue nggak terlalu mendominasi obrolan mereka.
Saking malesnya gue lihat Nina gue buru buru pulang, alesan gue yang paling tepat adalah gue ” lagi kerja tugas dadakan gue “, dengan itu gue bisa cabut dengan nikmatnya, gue tinggalin Nina sama temen gue yang lain, gue nggak nge antar dia ke rumahnya.
Setelah ketemuan itu, smsan gue semakin intensif sama Nina, gue nggak excited dengan hal hal yang seperti ini, gue nggak terlalu berharap lebih dari hubungan pertemanan gue sama dia sekarang, sempet dia kayak mancing mancing buat gue nembak dia, mau tau kayak gimana? Baca aja terus sampe abis, ntar elo tau sendiri apa yang gue maksud
Sempet dia larang larang gue keluar, dan yang anehnya smsan gue berakhir seperti ini
“ maksudnya elo larang larang gue keluar apa? “
“ nggak kok big eyes, gue cuma bercanda “
“ kapan jugaaa gue ngobrol serius ke elo? Biasa aja kale “
“ sejak dahulu kala, bisa nggak jadi luar biasa? “
“ maksudnya jadi luar biasa? Sejak kapan? “
“ maksud gue bisa nggak obrolan kita jadi luar biasa? Kalo di tanya sejak kapan gue juga nggak tau? “
“ maksudnya apa ini? “
“ udah deh ghy, nggak usah main main “
“ jangan jangan elo minta di traktir lagi, atau paling parah elo minta balikan? “ gue ngomong asal
“ kalo elo baik hati mau nraktir gue yah silahkan, emangnya situ mau? “
“ balikan? Terserah situ aja “
“ gue kira elo masih punya pacar? “
“ udah putus kaleee, udah lama banget “
“ gara gara? ”
“ gue mau fokus belajar “
“ oh “
Elo lihatkan? Dia itu kayak mancing mancing gue untuk nembak dia lagi (mungkin).
Beberapa hari setelah gue ngumpul sama temen SD gue Nina ngajak buat ketemuan lagi, gue mau mau aja buat pergi sama dia asalkan temen gue yang lain ikutan juga
“ ghy buka puasa bareng lagi yuk? “
“ kapan? “
“ besok “
“ hah? Besok? Kayaknya gue nggak bisa deh “
“ ayo lah ghy, gue lagi ngebet makan nasi goreng nih “
“ gue ada tempet sih untuk makan nasi goreng yang enak “
“ ia deh, kita di situ aja “
“ ajak yang lain “
“ ok “
Setelah sms itu katanya dia kabarin ke temen gue yang lain buat buka puasa bareng di tempat makan nasi goreng langganan gue, gue nggak percaya kalo dia sms anak anak yang lain, karena
“ eh ghy kayaknya anak anak pada nggak bisa deh buat ikut “
“ jadi? “
“ cuma kita berdua aja “
“ hah? “
“ ia, berdua “
“ ya elah “
“ jemput gue di kantor ya? “
“ idih, sudah dia yang ngidam makan nasi goreng minta di jemput pula, ogah ah “
“ ia deh, jemput gue di depan kantor Indosat deh “
“ ok deh “
Sampai di kantor Indosat gue tungguin dia, sambil menunggu gue berfikir kenapa gue mau mau aja di suruh menunggu sama dia? Padahal gue udah nggak ada apa apa sama dia?, gue coba buat hapus pikiran itu, dan menjadikannya lebih positif, siapa tau aja gue di traktir sama dia?
“ eh ghy sori elo nunggu lama “
“ ia, nggak papa kok “
“ eh tempet makan nasi goreng langganan elo dimana? “
“ deket MP “
“ ayo deh, nanti keburu habis lagi “
“ ok “
Sambil boncengan, gue ingat smsan terakhir gue sama Nina tentang balikan, gue berusaha buat ngomong ke dia nanti pas makan nasi goreng, tapi, warungnya nggak terbuka, makanya gue pindah ke KFC pengayoman.
“ jadi sekarang gimana? Elo mau balikan atau tidak? “
“ ah, gue juga bingung, gue sekarang masih pacaran “
“ terus kenapa elo sms gue kayak gitu kemarin? “
“ gue juga bingung mau ngomong apa “
Pas enak enaknya ngobrol, Aidil sms ke gue untuk ke MP, sontak gue ajak Nina ke sana, sekalian kasih kenal dia sama Aidil.
Sekitar sejam gue muter muter MP sama Nina dan Aidil, pas mau ke parkiran gue bilang ke Nina
“ Na? “
“ apa? “
“ boleh pegang tangan? “
“ ehmm “
“ kalo nggak mau yah nggak papa sih, gue juga nggak maksa kok “
Sudah gue bilang kayak gitu Nina langsung ngambil tangan gue, selam gue pacaran gue nggak pernah pegangan tangan sama Nina, dan kenapa sekarang setelah gue udah putus dan perasaan gue berubah malah dia yang mau mau aja pegang tangan gue, gue jadi bingung.
Mungkin ini pertanda kalo gue bisa balikan sama Nina, dan kayaknya gue harus turn back to her.
Besoknya gue tanya dia, kalo gue masih suka sama dia, mengikuti feeling gue yang pas pasan, anehnya dia bilang “ sori ghy, gue nggak bisa balikan sama elo “, dengan sms seperti itu gue kayak tukang sumur yang jatuh di galian sendiri.
Gue sudah sumpah buat nggak ngapa ngapain sama dia lagi, gue sudah capek di kasih kayak gini terus, perasaan gue kayak guci yang sudah pecah berulang kali, tapi di rangkai berulang kali.
Minggu lalu gue kecapean dari pulang sekolah gara gara habis olah raga dan gue pulangnya gue gowes, pas sampe di rumah gue langsung tidur.
Nggak sengaja Nina kirimin sms jujur jujuran, karena gue juga boring di kamar makanya gue bales aja, disitu ada pertanyaan “ mantan yang paling elo sayang? “ gue tulis salah satu mantan gue, dan diakhir smsnya ditulis “ kalo nggak balas artinya penakut ” jadi gue bales “ gue nggak penakutkan? Sekarang elo bales sms gue “.
Beberapa menit kemudian dia bales sms gue, yang paling bikin gue kaget adalah di kolom pertanyaan “ mantan yang paling elo sayang? “ dan di situ dia tulis nama gue, gue nggak tau apa maksudnya, tapi gue nggak percaya dengan apa kata kata dia sekarang.
Buntut dari rasa nggak percaya gue adalah nanya ke dia, kebetulan waktu itu kita ketemuan di acara standing joke Pandji di Zona cafe
“ maksudnya sms waktu itu apa sih? Gue nggak ngerti? “
“ dari beberapa mantan gue mungkin elo yang paling bikin gue nyaman “
“ maksudnya? “
“ ya elo nggak pernah larang larang gue untuk ngapa ngapain, sedangkan beberapa mantan gue sering larang larang gue “
“oh itu toh “ gue masih nggak percaya dan menjawab seadanya
“ ia, gitu maksud gue “
“ jadi elo masih sayang sama gue? “
“ ehmmm, sedikit “
“ sebenarnya gue masih sayang sama elo juga, tapi banyak “
“ bener? “
“ makanya jawab juga dong kalo elo suka sayang sama gue “
“ ia, gue jawab banyak deh “
“ tapi itu dulu, nggak untuk sekarang “
“ . . .”
“ eh udah malem nih, gue pulang duluan yah? “
“ ok deh “
“ love you “
Sambil berjalan meninggalkan Nina, dia diam denger kata kata gue, sebenarnya gue itu masih sayang sama dia, tapi gue nggak mau jadi tukang sumur yang jatuh kedalam sumur yang gue galo sendiri, gue nggak mau perasaan gue yang kayak guci terus di pecahin berulang kali dan dirangkai berulang kali, makanya gue nggak nembak dia malam itu.
Walaupun gue nggak nembak dia setidaknya dia harus tau apa perasaan gue sekarang, you’re nothing to me now, and always be nothing till I change my mind.
Oh dan ingat buat para manusia jomblo, sendiri itu lebih nikmat, sendiri itu indah, sendiri itu bahagia, dan sendiri itu adalah anugerah tuhan buat kita semua! ! !
CHAO!!!
Posting Komentar