Love, Laugh, Live

When We " Stuck " Together (part 2)


Nonton film di bioskop adalah salah satu hobi gue, film adalah tontonan yang menyenangkan bagi sebagian orang, karena dari film kita bisa belajar tentang kehidupan, walaupun sebagian besar film bukan berdasarkan kisah nyata alias fiksi tetap saja ada pelajaran yang bisa di ambil di dalamnya.

Beberapa hari yang lalu gue sama Nina menjalankan hobi gue yang satu ini, nonton bareng sama dia, artinya gue cuma sama Nina doang.


Kalian tau Breaking Dawn? Film yang bikin gue galau beberapa hari yang lalu, bukan masalah jalan ceritanya, tapi yang gue alamin di dalam teaternya.

“ aghy “

“ kenapa na? “

“ ayo nonton? gue mau nonton Breaking Dawn nih “ Breaking Dawn itu salah satu lanjutan dari Twilight

“ gue nggak punya uang na “

“ oh, kalo gitu kapan kapan aja deh “

“ mungkin minggu depan boleh “

“ elo bisanya kapan kalo minggu depan? “

“ terserah elo, yang jelas jangan hari senin, selasa rabu, sama jumat dengan minggu “

“ artinya sabtu bisa dong? “

“ tiketnya mahal na, kan gue udah bilang uang gue nggak cukup “

“ ya udah, kamis deh “

“ hemm, ok, jam berapa? “

“ jam sembilan kayaknya “

“ ok deh “

Sebenarnya gue nggak mau nonton sama dia, gue takut keingat sama moment moment di pakiran pas bulan puasa kemarin, gue takut kalo jalan berduaan sama dia, takut kebawa suasana, takut salah tingkah, dan takut takut yang lainnya.

Jadi gue sms dia lagi buat ngajak anak anak yang lain, mumpung dia di rumah salah satu teman SD gue yang satu sekolah sama dia sekarang

“ na, ajak anak anak yang lain dong? “

“ ok gue kabarin dulu “

Setelah smsnya nggak gue balas, dia sms anak anak yang lain, dia kirimin sms buat nonton sama kita berdua

“ gimana na? ada yang mau ikut? “ eluh gue

“ nggak tau nih, pada sibuk semua, dan reni kayaknya nggak bisa kalo malam “

Dan gue bisa buat hipotesis kalo ada kemungkinan gue cuma nonton film berduaan sama dia.

Minggu pagi gue cuma mencari informasi tentang film yang bakalan gue nonton sama Nina nanti, gue googling sampe searching di youtube, dan finally gue dapet trailernya di youtube.

Gue sempet nanya dengan temen temen gue di twitter sambil nulis di akun gue

“ breaking dawn itu apa sih? #ask “

Ada yang bilang itu adalah lanjutan dari Twilight, ada yang komen kalo film itu sangat romantis, dan yang belum kalian tau kalo gue itu nggak terlalu suka sama film romantis, nonton titanic aja gue migran, apa lagi nonton film yang katanya romantis yang akan gue nonton sama Nina nanti, gue nggak tau model gue di dalam teaternya kayak gimana, mungkin gue muntah muntah gara gara lihat bule ciuman.

Di youtube gue dapet sinopsis ceritanya tentang salah satu bule kawin dengan bule yang lain, lalu bule yang lainnya marah marah lalu berubah jadi serigala, gue beranggapan kalo ini adalah salah satu film di Indosiar, tapi nggak pake naga dan nggak pake elang.

Gue mulai gregetan dengan tanda tanda seperti ini, “ setidaknya nonton gue kali ini bakalan nggak gue lupakan ” pikir gue waktu itu.

Rabu sekitar jam empat gue pulang dari sekolah, gue pulang telat gara gara ada jam tambahan di sekolah setiap hari senin, selasa, dan rabu, setengah jalan dari sekolah ke rumah tiba tiba hujan turun, deres banget, sampe sampe buat gue harus berteduh.

Sebagai riders (atau bahasa gaulnya adalah “ tukang ojek ”) gue harus bereduh sebelum kehujanan, kebasahan dan yang paling penting nanti gue sakit, gue selalu ingat apa kata nyokap gue “ jangan pernah kamu main main hujan, apalagi kalo hujannya deras, nanti kamu basah “, intinya nyokap gue nggak mau kalo gue basah.

Menunggu hujan reda adalah hal yang sangat membosankan, bosan bukan karena apa, efek dari hujan di campur dengan menunggu membuat suasana menjadi galau, betul sekali GALAU, masih kurang? GALAU WOI GALAU, BACA BAIK BAIK MAKANYA.

Ok, back to the story line, gue kepikiran tema ngetwit malam ini adalah tentang menunggu, yup, MENUNGGU, jadi gue tulis beberapa kalimat di note hape gue sebelum gue tulis di twitter, dan mungkin akan membuat para followers gue merasa resah akibat kata kata yang menggalaukan mereka, contohnya :

“ Menunggu seseorang itu di analogikan seperti menunggu hujan reda, kita tidak tahu kapan selesainya! #penggalauan

“ Menunggu itu di analogikan seperti minum jamu! Walaupun pahit tetap di jalani #penggalauan

“ Menunggu itu adalah proses membuang waktu yang sangat tidak menyenangkan #penggalauan


“ Menunggu adalah proses mengosongkan waktu untuk mendapatkan sesuatu #penggalauan

“ Menunggu adalah proses yang mengukur kadar kesabaran seseorang. #penggalauan #bepatient "

" Menunggu bukan berarti bosan, tapi karena tidak melakukan sesuatu. #penggalauan

“ Menunggu jika di barengi dengan ke sabaran yang tinggi akan membuat hasilnya menjadi terasa lebih berharga. #penggalauan

Dan gara gara itu, Dp (temen gue waktu SMP) jadi kebawa suasana, pokoknya perasaan Dp jadi aur auran, gue cuma ketawa ketawa sampe besok pagi gara gara lihat balasannya di twitter.

Besoknya adalah hari dimana gue akan nonton bareng sama Nina, ya, memang perasaan gue waktu itu nggak enak banget, aur auran, tapi, gue hadapin dengan gaya gue sendiri, tetep cuek dan diam diam kalo nggak ditanya apa apa.

“ ghy, bentar jadi kan? “

“ ho oh, yang jam berapa? “

“ katanya yang jam sembilan? “

“ astaga gue lupa “

gondok

Kamis pagi itu adalah pagi yang sama seperti kamis pagi minggu lalu dan minggu minggu sebelumnya, gue harus menghadapi guru guru yang harus gue hadapi setiap hari kamis, di awali dengan TIK, kemudian bahasa arab, dilanjutkan dengan sejarah dan di akhiri dengan biologi (salah satu pelajaran IPA andalan gue).

Gue sudah atur schedule untuk hari ini, pulang sekolah langsung tidur siang, sekitar jam setengah empat gue siap siap buat pergi ke MaRI, walaupun terlalu cepat datang ke MaRI setidaknya gue bisa ngopi di McD atau nggak main game di XXI, gue lebih suka menunggu daripada di tunggu, walaupun menunggu itu nggak enak.

Sampe di MaRI sekitar jam setengah lima, baru masuk di MaRI gue langsung ke XXI buat beli tiket, baru ke McD buat nungguin Nina pulang dari kantornya, kantor? Yup KANTOR, Nina itu SMK, dan bukan SMA seperti gue, jadi dia pulang agak malam karena PKL di salah satu travel maskapai di daerah Bawakaraeng.

Tiket di tangan, saatnya gue bisa ngopi ngopi di McD, gue bawa laptop ke McD karena gue sudah pikir dari awal kalo gue nanti bakalan lama nugguin dia di sana.

“ ghy elo dimana? “

“ gue di McD, kalo elo udah nyampe di MaRI langsung ke sini yah? “

“ sip “

Gue tungguin dia sambil ngutak ngatik twitter dan kaskus gue, dua situs ini sangat berpengaruh untuk hidup gue sekarang, menjadi orang yang paling update itu sangat menyenangkan.

Sekitar dua jam menunggu, Nina sampe di MaRI sambil langsung sms gue

“ ghy elo di McD bagian mana? “

“ gue di depan, deket tempat main seluncuran anak anak, elo? “

“ gue di pintu belakang McD “

“ kesini gih, filmnya kan masih lama? “

“ ok deh “

Sedikit membuang waktu dengan cara ngobrol dengan dia, dia cerita tentang try out dari provider terkenal di Indonesia yang soalnya sangat gampang di tebak karena cara kerjanya sangat singkat, kata guru TIK gue yang basic nya sebagai guru matematika dan fisika ini adalah semua ini soal iklan, kan provider ini kerjasama sama bimbel x, jadi mereka sudah ngatur soalnya sedemikian rupa ”, pikiran gue di baca sama guru gue yang satu ini.

Dia ngomong sambil gue meneruskan membalas twitter gue, sempet Nhino muncul di reply gue, makanya gue ngabales mentionnya, ocehan Nina semakin nggak jelas, makanya gue pasang headset dengan rapet, gue hanya menghadap ke dia, sambil memperhatikan setiap kata yang dia ucapkan, kalau udah diakhiri senyum yang berarti dia sudah menyelesaikan omongannya, gue ngangguk, membuat Nina beranggapan kalo gue itu denger apa yang dia ngomongin, padahal nggak sama sekali.

Terus dia bilang kalo temen gue yang lain ada yang mau ikutan juga, tapi dia nggak punya cukup duit buat nonton, hipotesis gue menjadi kenyataan waktu itu, gue nonton berduaan sama dia.

Ngobrol sama dia betul betul membuang waktu lebih cepat, buktinya udah jam delapan lewat, artinya dia ngoceh bareng gue sekitar satu setengah jam.

“ ghy kayaknya udah jam delapan deh? “

“ tunggu dulu, gue masih enak nge donlot nih “

“ cepet, nanti filmnya keburu main “

“ ok deh, gue matiin dulu laptopnya “

“ kita lewat depan “

“ nggak usah, lewat McD aja, kayaknya terlalu jauh muter deh kalo lewat depan “ gue sanggah dia

“ hmm ok “

Langkah gue mulai gue percepat, masalahnya gue belum makan malam, and you know that cheese burger smeels its made people hungry, maka dari pada itu gue sedikit berlari, meninggalkan McD dan Nina di belakang gue.

“ ghy pelan pelan dong, gue pake selop, gue nggak bisa lari “ eluh Nina

“ hehe, lupa gue ” dan gue sempet bilang dalem hati “ dasar wanita karier

Memang Nina kelihatan sangat dewasa, dengan stelan kemeja batik ketat, rok nge-press, dan selop yang nggak terlalu tinggi membuat Nina seperti pramugari, gue jadi anak muda gagal gaul dari kampung yang baru naik pesawat.

Kaos coklat hasil quiz di twitter, jeans bapuk yang melorot melorot, sepatu butut xabi grey with blue light line, dan tas laptop di punggung, gue terlihat seperti anak kuliahan karena muka tua gue juga mendukung.

Beberapa kali nonton di XXI atau studio21 gue biasanya main game di mesin game yang ada disana, biasanya koinnya nggak habis, kadang kadang nyisain beberapa biji, sampe akhirnya gue kumpul, kira kira sekitar lima belas koin. (emang gue nggak mau rugi)

Lima belas koin buat gue sendiri sudah sangat cukup, tapi, karena bareng Nina makanya gue ngajak dia main game juga, daripada dia nganga liatin gue main sendiri, dimulai dari game perang perang lalu di lanjutkan dengan balap mobil, Nina ketahuan nggak terlalu sering main game di mesin game seperti ini, terbukti dengan caranya dia pegang tembakannya dan cara dia nyetir mobil.

Mungkin gara gara tasnya yang ngehalangin dia main atau memang dia bener bener jarang main di mesin game seperti ini.

“ woi, woi, MINGGIR!! Supir mobil Panther mau lewat “ teriak gue waktu main balap mobil

“ haha “ Nina ketawa kecil

Koin gue habis, niatnya sih gue mau beli lagi, but, gue mau makan popcorn, mulut gue juga masih rasa kopi, jadi sisa uang gue untuk popcorn dan minum.

Sambil memperthatikan sekitar, gue hanya nganga, dia sibuk dengan beberapa kakak kelasnya yang habis nonton, gue nganga kembali.

“ eh ghy coba gue lihat tiketnya “

“ nih “ gue ngasih tiketnya

“ astaga ghy ini tiket yang jam setengah sepuluh, bukannya jam sembilan “ Nina ngotot

“ gue cuma ngambil tiket yang paling terakhir, kan biasanya itu jam sembilan? “

“ elo nggak lihat tulisannya dua puluh satu tiga puluh “

“ ya sudah, sekarang impas “

“ maksudnya impas? “

“ gue kan tadi nungguin elo sekitar dua jam, sekarang elo nunggu filmnya juga dua jam? “

“ hemm, hihi “ Nina ketawa kecil

“ deal? “

“ hihi, iya, iya “

Memang sekarang sudah impas, gue nungguin Nina sekitar dua jam, dan gantian buat dia yang menunggu lagi, setiap perbuatan memang ada balasannya, dan sekarang dia udah dapet, gue sedikit geli ngelihat muka Nina yang agak ngantuk, gue masih pasang muka polos. (dan tetep nganga)

“ ghy beli popcorn yuk? “

“ gue beli popcorn, elo beli minum “ gue memang nggak mau rugi

“ iya, iya, gue beli minum, tapi air doang “

“ emang gue mau minum air doang yeeeeh “ gue melet meletin lidah ke dia

“ yeh “ Nina selonjorin gue (selonjorin itu apa? Gue juga bingung kenapa gue nulis kayak gitu)

“ mbak, pesen salt popcorn yang medium sama . . . “

“ air mineral dua “ potong Nina

“ yup, bukan air gallon yah mbak “ lanjut gue

Mbak mbaknya ketawa sambil menginstruksikan temannya untuk ngambil bungkusan buat popcorn gue dan Nina.

Masih sekitar setengah jam buat nonton, gue pergi ke prambors yang lokasinya masih ada di sekitar MaRI, gue mau jalan jalan kesana sekalian gue bisa ngerokok karena kantor prambors itu outdoor.

Gue ngajak Nina buat ngelihat lihat gambar di lorong prambors, menceritakan tentang salah satu foto andalan gue yang di ambilnya di dalam lorong ini, outdoor prambors udah berubah, dulu masih ada pilar pilar usang yang masih tegak berdiri, mungkin dulu itu buat tempat jualan, lalu nggak ke pake, terus udah butut, lalu di bongkar.

“ hem keren juga lorongnya “

“ yup, dan ini background foto gue di facebook “

“ gue tau kok, gue sempet lihat prof pict elo di facebook “

“ hehe, itu foto terkeren dalam hidup gue “

Sebatang rokok udah cukup, sebenarnya gue masih bisa nambah sebatang, but, I don’t wanna be late, dan gue ngelihatin Nina udah sedikit kedinginan, walaupun gue nggak tau betul kalo memang dia itu kedinginan atau memang mukanya yang lagi pucat.

Jalan sedikit santai, gue berdua masuk kembali ke XXI, tempat duduk sebelumnya udah di ambil sama orang cina yang lagi berduaan juga, gue cari tempat duduk yang di dalam lorong, dan akhirnya gue duduk samping ibu ibu dan bapak bapak yang obesitas, mereka berdua lumayan mesra, gue memperhatikan mereka sedikit, ibu ibu obesitas tadi cuma sibuk BBM-an, sedangkan bapak bapak obesitas tadi cuma memperhatikan istrinya sambil tersenyum, tampaknya bapak bapak obesitas ini sangat setia dengan istrinya, walaupun gembrot dan cuek, bapak bapak ini kelihatannya sangat sayang sama istrinya.

Masih ada waktu sekitar sepuluh menit buat menunggu, kembali, senjata andalan pembunuh kebosanan gue keluarin dari tas, yup, my laptop, gue juga mau nonton video klipnya yelle, judulnya je veux de voir, Nina penasaran dengan cewe yang nyanyi dalam laptop gue

“ ghy itu siapa? “

“ hah? Oh ini namanya yelle “ gue cabut headset dari telinga

“ penyanyi dari mana? “

“ Prancis “

“ cantik yah? “

“ ho oh, cewe yang rambutnya pendek kayak gini keren, kelihatan lebih segar daripada cewe yang rambutnya panjang “

“ hem, betul “ Nina manggut

Dari speakernya penonton studio satu udah di panggil, gue sama Nina cabut dari kursi dan bergegas ke studionya, setelah di permak, studio21 berubah total dan namanya dig anti jadi XXI, dulu cuma ada empat teater di sana, sekarang sudah ada lima teater, waktu memang bisa merubah semua, gue cuma taro tas di kursinya terus buru buru ke toilet, gue mau pipis sekalian cuci muka, takut gue ngantuk pas nonton filmnya.

Sudah gue pipis dan cuci muka tiket gue di tagih lagi, ada mbak mbak yang giginya tonggos, agak tambun dan tinggi dengan gaya yang cukup menor dengan nyelonongnya ngeledek gue

“ maaf mas, tolong potongan tiketnya “ eluh mbak mbak dari XXI

“ oh ini mbak “ gue kasih lihat mbak mbaknya

“ makanya dek jangan sok langsung langsung keluar “

Gue cuma menggerutu dalem hati “ urus gigi elo dulu, baru urusin orang lain ”, gue langsung masuk ke dalam, dan balik lagi ke tempat duduk gue.

Gue duduk gue ke tempat semula, Nina sempet nanya kalo ” kok rambut elo basah? Habis cuci muka yah? “, gue bilang “ ia, takut ngantuk ”

Satu yang gue pertanyakan dalam film ini, “ ini film kisah cinta drakula dan manusia atau softporn ala indosiar? Kok banyak ciumannya? “ gerutu gue kembali.

Nina layaknya anak kecil yang udah dikasih permen, mukanya semuringah, sepertinya dia terlalu excited dengan film ini.

Gue tau kalo dia itu salah satu fans berat film ini, gue sempet lihat dia ganti prof pict nya di facebook, dan yang dia pajang adalah foto Isabella Swan, pemeran manusia normal dalam seri Twilight ke empat ini memang sangat manis, bukan seperti cewe cewe yang lain, dia tidak cantik, tapi manis, jadi orang yang ngelihatnya juga nggak bosan, termasuk gue yang baru pertama kali nonton seri ke empat Twilight ini.

Lima menit awal filmnya udah ciuman, seperempat filmnya Bella ciuman lagi sama Edward, oh iya, Edward itu adalah om drakula yang kayak kekurangan darah, kulitnya putih pucat, beda banget sama gue yang kulitnya hitam pucat. (abu abu dong?)

Setengah jam kemudian ada gangguan kecil bagi gue, kursinya kayak goyang goyang gitu, gue jadi berasa risih, sampe sampe gue curiga sama orang yang duduk disudut kalo mereka itu lagi ciuman.

Mencoba untuk kroscek gue pura pura perbaiki posisi duduk gue, yang duduk di pojok itu ternyata nggak ciuman, pas duduk gue udah dalam posisi normal ada yang ngeganjel, bukan tas laptop, tapi gue ngelihatin Nina lagi ngelipat tangannya erat.

“ na elo nggak papa? “

“ hah? Nggak kok “

“ betul? “

“ betul “

Gue kembali nonton, melihat mas Edward bersenggama dengan nikmatnya bersama mbak Bella, apa yang gue pikirkan sebelumnya ternyata betul, “ INI BUKAN FILM DRAKULA SAMA MANUSIA, INI SOFTPORN “ pikir gue ngotot.

Gue jadi ingat trailernya yang gue lihat di youtube, perasaan ada om om serigala deh? Dan dia muncul jadi manusia keren dengan kemeja putih, dia datang di malam harinya sesudah om Edward sama mbak Bella kawin, namanya Jacob, biasanya dipanggil Jaka. (ini film luar negeri atau yang di indosiar sih?)

Kembali kursinya goyang, gue bener bener curiga kalo Nina lagi kenapa kenapa, mungkin dia menggigil karena pendingin ruangannya di setel terlalu dingin, gue memperhatikan Nina, nanya dia kembali, memastikan dia bener bener menikmati filmnya tanpa tersiksa gara gara dingin

“ na? “

“ apa? “

“ betul elo nggak papa? “

“ betul, udah nonton aja filmnya “

Padahal gue ngelihatin dia dalam keadaan pucat.

Katanya kalo orang kedinginan biar agak hangat dia mesti di kasih sweeter, coba duduk dekatan, pegang tangannya, atau yang paling parah peluk dia, kata nyokap dan temen temen cewe gue hal hal seperti itu biasanya bisa buat cewe hangat, jadi gue putusin buat ngulurin tangan gue ke dia, gue nggak bawa sweeter ke XXI.

Setelah menunggu beberapa detik Nina langsung pegang tangan gue, perasaan gue juga ikutan hangat, biarpun gue nggak kedinginan sama sekali.

Nina ngeremas tangan gue, memang tangannya sangat dingin, tiga kali menebak, tiga kali ketahuan, Nina mengigil, gue coba nenangin dia dengan ngelus tangannya, dia masih mengigil, sampai akhirnya gue nyuruh dia buat nyandar di pundak gue, berharap dia nggak mengigil lagi setelah nyandar dipundak gue.

Awalnya dia nggak mau, mungkin tangan gue udah cukup buat dia hangat.

Gue lanjutin nonton mbak Bella, mas Edward sama om Jacob berakting kembali, ternyata setelah dua minggu mbak Bella sama om Edward bulan madu, tiba tiba mbak Bella hamil duluan, gue cuma bilang dalam hati “ untung udah nikah, kalo nggak gue bawa mereka ke KUA dekat baruga ”.

Mas Jacob itu adalah orang yang suka sama sama mbak Bella, tapi, mbak Bella malah nggak mau, jadi mbak Bella nikah sama om Edward, intinya jadi kisah cinta segitiga yang bertepuk sebelah tangan antara drakula, manusia serigala, dan manusia tulen. (bener bener mirip sama yang di indosiar)

Lagi konsen konsennya nonton tiba tiba kursinya goyang lagi, Nina bener bener nggak beres, dan akhirnya dia nyandar di pundak gue, mencoba mencari kehangatan yang lebih dari gue, dan gue mencoba menghangatkan dia juga, jadi, gue peluk dia, actually, gue agak risih bercampur senang.

Waktu gue masih pacaran, boro boro untuk meluk, pegang tangan aja jarang, sedikit memikirkan kalo gue jadi sekarang ada di posisi sebagai pacarnya Nina, pasti marah kalo pacarnya di peluk peluk sama mantannya, but, gue cuma pengen Nina comfort nonton film kesukaan dia, masa sih gue ngebiarin dia nonton film yang dia suka tapi tersiksa gara gara mengigil?

Mungkin gue kalo biarin dia mengigil sambil nonton gue bisa panggil diri gue sendiri cowo pengecut, karena gue ngebiarin anak orang tersiksa.

Gue jadi ingat waktu SD cuma bisa nyium bau rambutnya dari kejauhan, sekarang, hidung gue dan rambut dia udah dekat banget, seneng itu relatif karena baru kali ini gue bisa nyium rambutnya lebih dekat.

Kadang dia masih mengigil, menggetarkan badannya terlalu sering, menahan dingin dengan cara meremas tangan gue membabi buta, gue pun memeluknya lebih erat.

Anaknya mbak Bella udah lahir setelah satu bulan lebih hamil, dan yang anehnya mbak Bella ngidam darah, kalo nggak salah anaknya perempuan, matanya mirip kayak emaknya, gue jadi ingat mata gue dan mata nyokap gue nggak mirip, mungkin benar apa kata tante gue, gue itu cuma anak tetangga.

Sampai filmnya selesai, Nina masih memegang tangan gue, dan sepertinya lebih erat sebelum dia mengigil

“ don’t tell about this to anybody “

“ this is our secret “

Keluar dari teaternya ada ritual khusus sebelum pulang yaitu ke toilet.

Biasanya kalo ke toilet paling palingan hanya untuk pipis, memperbaiki penampilan atau paling sering gue lakukan adalah boker, and that it’s a fact, lain ceritanya kalo sudah nonton film romantis terus ke toilet, biasanya cuman cuci muka sambil flashback apa yang dilakukan di dalam teaternya tadi.

Beranggapan ini cuma mimpi gue cubit pipi gue, nggak berasa, gue tarik rambut gue, masih nggak berasa, pas mau loncat dari lantai tiga terus ke lantai bawah, langsung nggak jadi, takut nggak bisa pulang ke rumah gara gara dikira orang gila yang lepas dari RSJ Dadi yang jaraknya tidak beitu jauh dari MaRI.

Gue keluar duluan dari toilet, menunggu Nina keluar dari toilet juga, mungkin dia pipis atau ikutan flashback kayak gue.

Dia keluar dari toilet dengan cahaya lampu yang remang remang yang menyoroti mukanya kelihatan lesu bercampur ngantuk, gue masih setia nungguin dia di depan toilet.

Gue keluar dari XXI, MaRI udah gelap, hanya cahaya bulan yang tembus dari lantai atas, kembali dia pegang tangan gue, mungkin dia masih mengigil atau dia takut gue tinggalin

“ ladies first “ sambil nyambut gue di depan escalator

“ idih, elo kira kita cowo apaan “ potong gue sambil agak sedikit ngondek

“ hihi “

Ketawa kecil itu hilang di escalator di lantai satu dan lantai dasar, mungkin dia memang takut dengan gelap sambil kembali meremas tangan gue dengan membabi buta

“ sebenarnya elo asli apa sih? “

“ gue orang palopo makassar “

“ to ugi ki pale “ dia pake bahasa bugis ke gue

Gue jadi berasa ngobrol sama nenek gue yang sering banget negur gue pake bahasa bugis, gue ambil helm di tempat penitipan helm yang ada tepat di depan motor gue, setelah melakukan administrasi (bayar uang nitip helm dan parkir) gue langsung cabut dari MaRI.

“ jadi gue naiknya kapan? Besok? “ Nina mencoba sedikit bercanda

“ errr, nggak usah becanda, cepetan naik gih “

Di luar MaRI suasananya udah sepi, mobil tak sebanyak biasanya, hanya motor yang ingin mendahului satu sama lain walaupun jalannya sudah sepi, suasana seperti ini buat gue ngantuk, jadi buat ngeusir ngantuk, gue nyanyi.

Kalo nggak salah gue nyanyi lagunya Muse, judulnya Neutron Star Collision

“ darimana elo tau lagu itu? “

“ hah? Itukan lagunya muse? “

“ iya, lagu itu jadi original sound track twilight yang ketiga “

“ hem, gue kirain muse itu suka sama twilight makanya potongan filmnya ada dalam video klipnya muse “

“ nggak, memang itu original sound tracknya “ Nina ngotot

“ kan gue cuma ngefans sama muse, bukan sama filmnya? “

“ hmm, iya juga sih “ Nina baru mengerti
Masih didalam perjalanan gue mau nyampein tiga kata ke Nina, yang ingin gue sampein ke Nina, yaitu, lucky, speechless, dan unlucky.

Kenapa lucky? Dulu sewaktu masih pacaran gue nggak bisa pegang tangannya, sekarang setelah gue putus gue baru bisa pegang tangannya, syukur syukur bisa peluk.

Kenapa speechless? Mungkin baru kali ini tangan gue di genggam se erat ini, dan mungkin baru kali ini gue genggam tangan Nina se erat ini.

Kenapa unlucky? Karena gue ngegenggam tangan orang lain yang sudah dimiliki orang lain, bukan apa apanya, gue cuma pentingin perasaan cowonya kalo tangan pacarnya di pegang pegang, nanti di kira dia nggak jagain pacarnya lagi.

Sementara masih di jalan gue kasih tau dia tentang tiga kata tadi, “ sekarang elo lagi, gue minta tiga kata buat hari ini! “, dia diam, sembari memikirkan tiga buah kata dalam otaknya, walaupun yang muncul hanya satu.

Dia cuma bilang sori, sampe sekarang hipotesis gue masih belum terpecah, apa maksud dari sori ? dan hipotesis gue waktu itu adalah, mungkin Nina kira gue bakalan berharap kembali ke dia, padahal gue nggak ada niat sama sekali buat balikan sama dia lagi. Setelah hati gue yang jadi guci yang sudah hancur beberapa kali, gue nggak mau sama Nina lagi.

Hipotesis kedua gue, mungkin dia cuma mau bilang sori gara gara dia ngeremas tangan gue dengan membabi buta, dan sepertinya hipotesis ini yang paling masuk akal di bandingkan dengan hipotesis pertama gue, dengan demikian, selesai pula pemikiran gue yang nggak ada ujungnya untuk seorang cewe.



“ thank you yah “ Nina turun dari motor

“ u’r welcome “ gue putar motor gue sambil lanjutin dengan sedikit berbisik “ my little angel

Sementara di jalan gue juga ngantuk, sempet gue isi bensin dulu sebelum sampe di rumah.

Sempainya di rumah dan masuk di kamar perasaan gue jadi susah tidur, rasanya jadi aur auran, gue berpikir beberapa kali buat nggak befikir tentang Nina sebelum gue tidur, gue takut terlambat ke sekolah besok.
feel lucky,speechless,and unlucky at sametime its made you insomnia , I just you to know this, just don’t try this at home! THIS IS ONLY FOR PROFESIONAL PERSON.

CHAO! ! !

2 comments

Zahidah Zahra | 27 November 2011 pukul 02.49

cieeeeeeee hahaha XD

aghyie longga | 6 Desember 2011 pukul 07.45

gimana zha? keren? jelek? atau bagaimana?

Posting Komentar